/>

Friday, March 31, 2017

Review : Hey! You! - Pelangi Tri Saki


 Judul : Hey! You!
 Penulis : Pelangi Tri Saki
 Genre : Teenlit
 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
 Bahasa : Indonesia
 Tebal : 200 hlm
 Format : Softcover
 Terbit : Cover baru,Januari 2017
 Catatan : Series, #1
 ISBN13 : 978-602-033-666-4
 Harga : Rp. 53,000,- , TB. Gramedia Mal Metropolitan

Sinopsis :

"KAK ILLO SAYANGGG, BANGUN!!!"

Teriakan dari balkon seberang rumah itu sudah setia menemani hari Zillo sejak bertahun-tahun lalu. Pelakunya? Siapa lagi kalau bukan si bocah upil, Nadira, cewek yang sudah naksir Zillo sejak mereka masih kecil. Dan sekarang si bocah upil itu masuk ke SMA yang sama dengan Zillo! Cewek itu mengintilinya ke mana-mana di hari pertama ospek, nekat nyanyiin lagu romantis yang nggak banget di depan semua anak, merusak reputasi Zillo sebagai ketua OSIS tampan dan terkenal. Tahun terakhir Zillo di SMA berubah jadi neraka!
Tapi, apa benar terasa kayak neraka? Kalau semua itu begitu menyebalkan, kenapa Zillo jengkel waktu Nadi ditaksir ketua ekskul karate? Kenapa Zillo kesal waktu sahabatnya sendiri berubah jadi overprotective ke Nadi? Masa iya dia jatuh cinta sama si bocah upil?! Terus, gimana kalau ternyata Zillo terlambat jatuh cinta?

Resensi :

Duh, Zillo bakalan gila kalau begini terus!! Nadi terus-terusan menggganggu hidupnya. Mulai dari dia bangun tidur sampai mau tidur lagi. Awalnya, Zillo berpikir 'ketempelan' Nadira ini cuma sampai SMP. Nyatanya, ia menempeli Zillo sampai SMA. Bahkan, di hari pertama MOS, ia sudah membuat kepala ZIllo sakit. Kelakuan Nadi nyaris meruntuhkan wibawa Zillo, sang ketos SMA Nusantara. Sayangnya, ketenaran Zillo dampaknya kurang baik bagi Nadi. Ia dirundung habis-habisan oleh para penggemar Zillo.

Nadi memang cewek nekat. Nekat demi Zillo. Mulai dari suka masuk-masuk kamar Zillo lewat balkon sampai manjat pohon demi melihat sang pujaan hati.

“But someday i’ll make you fall in love with me” -Nadi, hal. 33

Suatu hari, Nadi direkrut jadi perwakilan kelas untuk OSIS. Wah, seneng dong Nadi. Bisa ketemu Kak Illo --panggilan Nadi untuk Zillo-- lebih sering. Hari-hari Nadi makin penuh kejutan berkat Kak Noel, tetangganya dan secara tak diduga, senior ekskul karatenya, Kak Revo. Revo secara terang-terangan mendekati Nadi. Noel menyadari hal itu dan langsung memperingati Revo.

“Untuk patah hati lo nggak harus menemukan fakta bahwa dia udah punya pacar atau belum, tapi kemana hatinya tertuju” -Noel, hal. 66

OSIS SMA Nusantara ada agenda mengunjungi SMA Atlanta. Nadi diutus buat jadi perwakilan SMA Nusantara. Hampir seluruh anggota OSIS laki-laki menawarkan diri mengantar Nadi yang sukses membuat Zillo jadi gemas sendiri. Tiba-tiba, Revo menawarkan diri, nyaris memaksa. Nadi akhirnya menyetujui untuk berangkat bersama Revo. Zillo merasa tak tenang, ia mengajak Nigi untuk menemaninnya menemani Revo dan Nadi ke Atlanta. Malangnya, Nigi jadi korban pelampiasan emosi Zillo.

Lama-lama, Zillo jadi suka bete sendiri kalau Nadi dekat dengan Noel tau bercengkrama dengan Revo. Bahkan, Revo berani makan malam di rumah Nadi dan menggoda Nadi ternag-terngan. Zillo jadi panas dibuatnya. Zillo pun mengabaikan Nadi dan juga dilanjut dengan serangkaian kejadian yang membuat hubungan Nadi dan Zillo renggang. Di lain tempat, semakin Zillo menyadari perasaannya, semakin jauh genggaman tangan Nadi.

Eyang Nadi datang menjemput Nadi, menawarkan untuk hidup bersama di Jerman. Awalnya, Nadi ragu. Nadi masih ingin bertahan. Sayangnya, ia melihat Zillo tidak berpikir demikian. Ia bulatkan tekad untuk terbang ke Jerman. Tentu saja, Noel tidak terima. Ia merayu Nadi agar tidak pergi. Nadi dibuat bimbang menentukan pilihannya.

 “Tapi, manusiawi kan, kalau kita pengin orang yang kita suka, suka sama kita juga?” -Nigi, hal. 165 
Kutipan ini emang powerful. Secara keseluruhan, inti buku sudah tersampaikan dengan cukup baik. Plotnya ga loncat-loncat. Mengalir halus. Mengalir dalam artian ya dari hari ke hari dan sifatnya linear. Konfliknya mungkin kurang terasa sedikit. Tapi endingnya cukup meyentuh sampai bisa bikin mata berkaca-kaca.

Secara karakter, penggambaran Nadi natural dan realistis. Maksudnya, memang sifat Nadi adalah sifat yang memang umum di kalangan remaja. Juga Zillo, ga terlalu ‘tinggi’ buat karakter seumurannya. Dingin, cuek, agak stubborn, dan ini ngegemesin banget deh asli. Well played! Suka deh sama Nadi, soalnya kayak aku haha. Jokesnya tersampaikan dengan baik dan halus, tidak klise ataupun berlebihan.

My favourite part is ketika makan malam keluarga. Ada Revo, Zillo, Nadi, Noel, Nigi, Aran, Varo, papa Nadi dan mama Nadi. Ramai banget gitu ya hahaha. Terus soal sindir-sindiran sampai sarcasm jokes yang terang-terangan. Lucu ketika Zillo berusaha narik perhatian Nadi tapi juga berusaha untuk ga terlalu kelihatan niatannya. Walaupun ujungnya digodain Noel sih.

Pelajaran yang bisa dipetik sebenernya cukup sederhana dan obvious. Better late than never. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Juga, menunggu. Ada baiknya menunggu. Tuhan merencanakan sesuatu di balik penantian. Kalau baca bukunya, nanti kerasa kok vibe kalimat-kalimat itu haha.

Anyway, suka sih sama buku ini. Tipe buku yang dibaca pas lagi reading slump, lagi males banget baca tapi butuh sesuatu untuk dibaca (ikr, it's confusing lol) atau pas break aktivitas. i’ll give 2.7/5 buat buku ini. Enjoyable but not really satisfying. Tapi, buat aku sih, aku masih mau baca Damn! It’s you!. See you di ulasan Damn! It’s You! yaaa.

Thursday, March 30, 2017

Review : 1/2 Love - Kayoru | #ComicalDay



Judul : 1/2 Love
Komikus : Kayoru
Genre : Shoujo, School Life
Penerbit : M&C!
Bahasa : Indonesia
Tebal : 192 hlm
Format : Softcover
Terbit : Cetakan ketiga, Juni 2016
ISBN : 978-602-339-964-2
Harga : Rp. 20.000,-

Sinopsis :

Akari, gadis SMA yang penampilannya sederhana dan pemalu adalah fans berat grup idola Flower yang terdiri dari dua orang gadis, Yuu dan Kaoru. 

Mimpinya menyanyi bersama flower terwujud saat ia terpilih menjadi anggota baru Flower. Namun, suatu hari Akari menemukan kenyataan bahwa Yuu dan Kaoru sebenarnya cowok!

Other stories :
1. Vampire Who I Loved
2. Secret Love

Resensi :
Akari sangat menyukai Flower. Dia bahkan menonton tayangan live-nya dan mengoleksi majalah-majalah yang memuat artikel tentang Flower. Akari hanyalah seorang gadis sederhana dan ia tidak terlalu gemerlap. Ia selalu berkilah bahwa ia melakukan itu semua karena iseng, karena baginya ia tidak segemerlap gadis-gadis yang menjadi fans Flower.

Adik Akari meminta Akari menyanyikan lagu Flower dan menarikan koreonya sepulang Akari sekolah. Akari awalnya menolak, namun ia tetap melakukannya. Di depan teman-teman adiknya dan adiknya sendiri, ia menyanyikan lagu Flower. Tak disangka, dua orang laki-laki turun dan memberi tepuk tangan padanya dan memujinya. Salah satu lelaki itu menyarankannya untuk audisi, tetapi Akari malah menolaknya dengan alasan ia terlalu sederhana. Lelaki lainnya mengatakan bahwa Akari sebaiknya menyerah saja kalau dia terus-terusan rendah diri. Keduanya meninggalkan Akari dengan perasaannya yang kacau.

Keesokan harinya, Kana-chan mengajak Akari untuk menonton Flower secara  live. Tentu saja, ia mau. Setengah jam sebelum Flower tampil, Akari pergi ke toilet. Sejenak ia kebingungan dimana toiletnya dan ia tak sengaja mendengar kru kerepotan karena member Flower yang baru tidak bisa datang karena kecelakaan. Tiba-tiba saja, member Flower, Kaoru berkata bahwa ia bisa menari dan menyanyi. Akari langsung dibawa ke backstage untuk berlatih koreografi, make up, dan hair do. Kana-chan terkejut bahwa Akari adalah member Flower yang baru. Seselesainya show, ketika akan mandi dan berganti baju, ia melihat dua lelaki yang menemuinya tempo hari.

Sayangnya, spotlight yang ia dapat membuatnya tidak selalu aman. Suatu hari, Akari dijebak oleh fans yang tidak menyukai kehadirannya. Kakinya dibuat keseleo. Namun, Akari tetap tampil. Setelah itu, ia dibawa ke rumah sakit. Ia ditemani oleh Kaoru. Wartawan membuat gosip bahwa Akari berpacaran dengan seseorang. Terpaksa, Akari di suspend dari seluruh show Flower. Mau bagaimanapun, ia tetap merindukan tampil bersama Flower. Semua peristiwa itu membuat Akari sedih. Tapi, badai pasti berlalu kan?

Yeay, akhirnya kesampaian buat bikin resensi komik. Jadi, Kayoru itu emang salah satu komik favorit aku. Ini salah satu koleksi aku. Nah, aku suka gambar-gambar Kayoru. Halus dan juga natural. Penuh ekspresi dan ga datar. Alurnya tidak terlalu cepat dan tak terlalu lambat. Konfliknya pun umum dan ga ribet. Suasana dunia entertainment terasa sekilas. Bagaimana bekerja di agensi dan bagaimana cara mengatasi gosip. Ada unsur kejutannya juga, walaupun udah dikeluarin sedikit di sinopsis :p

Amanat dari buku ini adalah jangan pernah menyerah dan merasa bahwa diri tidak mampu. You can do it. Practice makes perfect. Seperti shoujo umumnya, Akari akan menyatakan cintanya pada seseorang. 

Karakter favorit itu Akari. Sebagimana ia tokoh utama. Ia mungkin merasa ia tidak gemerlap dan terlalu sederhana. Namun, demi Flower dan demi dirinya juga, ia bersedia berubah. Ia tidak mau terus-terusan bersembunyi. Suka banget sama transformasi Akari ke Akari member Flower.

Adegan favorit itu ketika Yuu dan Kaoru akhirnya tampil dengan diri mereka yang asli. Mereka tampil sebagai cowok. Kayak terharu aja gitu, akhirnya mereka tampil utuh dan asli walaupun Akari sempat disuspend.

Ratenya 3.5/5 untuk cerita 1/2 Love ini. I'm pretty much like it.

Sisanya ada dua cerita one shot. Pertama ada kisah manusia yang jatuh cinta dengan vampir dan yang kedua tentang seorang fan yang diajak kencan oleh idolanya.

Sekian dulu review kominya.

Goodbye,
lovelots 
xoxo

Review : Segala Yang Tajam - Gillian Flynn



 Judul : Segala yang Tajam
 Penulis : Gillian Flynn
 Genre : Thriller
 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
 Alih Bahasa : Ariyantri Eddy Tarman
 Bahasa : Indonesia
 Tebal : 336 hlm
 Format : Softcover
 Terbit : Juni 2016
 ISBN13 : 978-602-033-070-9
 Harga : Rp. 78,000,-
Sinopsis :
Camille Preaker dihadapkan pada tugas reportasi yang sulit: dia harus kembali ke kota asalnya untuk menyusun liputan mengenai pembunuhan dua anak perempuan. Padahal, sudah bertahun-tahun Camille nyaris tidak pernah berbicara dengan ibunya yang menderita hipokondria serta adik tirinya, gadis cantik tiga belas tahun yang menebarkan pesona yang mampu menyihir kota kecil itu.
Kini, mendekam di kamar lamanya di rumah besar bergaya Victoria itu, Camille menemukan banyak kesamaan antara dirinya dengan para korban yang masih sangat muda. Dibayangi hantu-hantunya sendiri, Camille berupaya keras mendapatkan cerita yang dia inginkan––yang mengharuskan dia menggali dan membongkar masa kecilnya yang ganjil dan kelam.

Review :
Setelah sekian lama vakum nulis, akhirnya bisa nulis lagi. Sebagaimana siswa kelas akhir, pastinya disibukkan sama sekolahnya. Tapi, baca buku ga pernah absen kok :p. Cuma mesti pandai-pandai curi waktu.

Kali ini, ada seorang wanita bernama Camille Preaker, seorang reporter Chicago Daily Post, ditugaskan untuk meliput kasus pembunuhan di kota kelahirannya, Wind Gap. Camille sedikit tegang mendengarnya. Kenangan tidak menyenangkan akan kehidupan masa kecilnya hinggap di kepalanya. Ia bahkan tidak dekat dengan ibunya, ayah tirinya, dan adik tirinya. Bukan tanpa sebab Camille meninggalkan Wind Gap. Ia benar-benar terpurtuk dengan kematian adiknya, Marian. Marian meninggal karena sakit. Hanya itu yang Camille tahu.

Berat hati, ia berangkat ke Wind Gap untuk mencari berita demi atasannya, Curry. Ibunya bahkan tidak menyambutnya. Baru saja datang, sudah ditanya kapan pulang. Ibunya memang dingin, sinis, dan sedikit terkesan psychotic di hadapannya. Namun, tidak di hadapan Amma atau Marian, mendiang adiknya. Secara kasat mata, sang Ibu kurang menyukai Camille (bukan kurang suka, nyaris gasuka sama sekali!). Menurut ibunya, Camille terlalu banyak memberontak.

Korban siksaan mental lainnya adalah adik tirinya, Amma, yang sudah lama tidak ia ingat-ingat lagi. Sekarang ia tumbuh menjadi gadis 13 tahun dengan kelakuan yang berubah-ubah. Amma dirumah lebih manis dari Amma bersama teman-temannya. Amma sedikit liar di luar rumah. Amma adalah tipe gadis dominan dan bersedia menukar dirinya untuk narkoba.

Buku ini pun mengupas sedikit demi sedikit secara menyakitkan tentang kehidupan Camille. Camille seringkali menyayat, menusuk, mengukir tubuhnya untuk melampiaskan depresinya. Tak satu inci pun kulitnya tidak disayat, kecuali wajah.

“Aku suka mengiris kulitku sendiri. Juga memotong, menyayat, mengukir, menusuk. Aku kasus yang sangat istimewa. Aku punya tujuan. Begini, kulitku menjerit. Kulitku dipenuhi kata - masak, cupcake, kucing, keriting - seperti anak kecil yang memegang pisau belajar menulis di kulitku.” -Camille, hal. 83

“Dan di dekatnya, kata pertamaku, diiris pada hari musim panas mencemaskan pada usia tiga belas : jahat.” -Camille, hal. 83

Camille pun berpetualang menyelidiki kasus pembunuhan dua gadis kecil ini. Sayangnya, ia lengah. Ia menggali terlalu dalam. Ia tidak hanya menggali kehidupan korban-korban tersebut, namun ia juga menggali kehidupannya dan kematian Marian. Camille harus membayar atas segela keingintahuannya dan hutangnya terhadap Marian. 

Buku yang merupakan buku debut Gillian Flynn ini mengangkat tema dysfunctional families, kekerasan, dan self-harm. Sensasi yang ditawarkan buku ini tidak main-main. Gelap, perih, sakit, depresi. Mungkin kata-kata ini cukup menggambarkan apa yang aku rasakan. Jujur, buku ini sempat mempengaruhi pikiranku. Roh buku ini sangat-sangat kuat. Cara Flynn membawakan karakter Camille yang tersiksa mentalnya, benar-benar hidup di buku ini. Aku sempat terpaku dan hampir menangis betapa gelap dan menyakitkan hidup Camille.

Plot twistnya cukup mengagetkan. Benar-benar tidak bisa ditebak. Walaupun beberapa halaman sebelumnya telah memberikan sedikit clues tentang siapa pembunuhnya. Yah, kayak kode-kode gitu. Buku ini tak hanya ‘menyiksa’ mental. Seakan merasakan siksaan fisik di dalam buku tersebut. Seperti 'membunuh'mu pelan-pelan. Seperti disayat perlahan, merasakan setiap sensasi sayatan namun kamu belum mati. Yah, agak gelap sih tapi ya emang gitu rasa buku ini.

Alurnya tidak terburu-buru. Cenderung perlahan. Saking pelannya, kamu tidak tahu kalau kamu sudah jatuh ke lubang misteri yang dalam. Salut banget sama penuturan plotnya. Ga diburu-buru mengakhiri. Such an oddly-beautiful book. Membaca buku ini membutuhkan waktu lama untukku. Bukan tipikal buku yang cuma membalikkan halaman. Buku ini diresapi pelan-pelan. Bahkan, saat aku membaca buku ini, halamannya sedikit keriting, agak lecek karena dibawa kemana-mana.

 original cover
source : wikipedi

Untuk para pembaca buku-buku thriller, please add this book to your TBR list. Jangan lupa buat stay sane selama membaca buku ini. Buku ini akan melayangkan pikiranmu kemana-mana dan mengacak-ngacak jiwamu.


Give it 4.7/5 untuk buku debut Flynn dan jeritan-jeritan di kulit Camille

Goodbye,
lovelots!
xoxo
 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik