/>

Thursday, June 30, 2016

Review : The School For Good And Evil #2 : Dunia Tanpa Pangeran - Soman Chainani




Judul : The School For Good And Evil #2 : Dunia Tanpa Pangeran
Author : Soman Chainani
Genre : Romance, Fantasy
Penerbit : Bhuana Sastra
Bahasa : Indonesia
Tebal : 511 hlm
Cover : Softcover
Terbit : Mei 2015

Catatan : Series, #2
ISBN : 978-602-249-949-7
Harga : Rp 85.000,-


Sinopsis : 

Sophie dan Agatha telah berhasil pulang ke Gavaldon, menjalani "bahagia selamanya" versi mereka. Namun, hidup tidak seperti dongeng yang mereka harapkan.

Agatha diam-diam berharap seandainya ia memilih akhir bahagia yang lain bersama pangerannya. Permohonan rahasia itu membuka kembali pintu menuju Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Tak disangka, dunia yag dulu pernah ia ketahui bersama Sophie ternyata telah berubah. 

Penyihir dan putri, tukang tenung dan pangeran, bukan lagi musuh. Ikatan baru telah terbentuk, menghancurkan hubungan lama. Namun, di balik hubugan rumit antara Kebaikan dan Kejahatan ini, perang sedang dipersiapkan. Musuh yang sangat berbahaya tersembunyi di balik topeng wajah yang mereka kenal. Saat Agatha dan Sophie berjuang untuk memulihkan kedamaian, sebuah ancaman itu datang dari dalam diri mereka sendiri....

Resensi :
Kembali melanjutkan petualan Sophie dan Agaha ke Sekolah Kebaikan dan Kejahatan. Sophie dan Agatha telah kembali ke Gavaldon dengan selamat. Selama dua ratus tahun semenjak penculikan oleh Sang Guru, akhirnya ada anak yang kembali. Sophie bertekad untuk membuktikan kepada Agatha dan dirinya bahwa dirinya adalah gadis yang Baik, bukan penyihir berkutil yang ada di sekolah tersebut. Sophie mengadakan pertunjukan drama tentang kisahnya di SKK dan bagaimana ia kembali. Agatha tidak menyukai ide itu. Baginya, hanya akan menorehkan kenangan buruk dalam pikirannya. 

Ayah Sophie akan menikah dengan janda gendut bernama Honora, wanita yang sangat tidak disukai Sophie. Sophie mencoba merelakan pernikahan ayahnya. Ia meyakinkan dirinya bahwa ia Baik dan ia akan bersikap baik pada Honora dan anak-anaknya. Agatha marah padanya karena Sophie sangat memaksakan rasa relanya untuk Honora. Agatha tau bahwa Sophie sangat tidak menyukai Honora. Di tengah pernikahan Stefan dan Honora, emosi Agatha memuncak, ia tidak sadar jarinya berpendar terang. Sophie melihatnya sekilas, namun ia mengabaikannya. Sophie tidak tahu, bahwa diam-diam sahabatnya meminta akhir bahagia bersama pangerannya.

Tiba-tiba saja sekumpulan anak panah menyerbu tenda pernikahan. Orang-orang berlarian dengan panik. Serangkaian serangan yang berasal dari luar hutan terus berdatangan. Datangnya serangan itu disertai pesan untuk menyerahkan Sophie. Agatha dan Sophie kabur dari Gavaldon. Mereka mengikuti jejak kupu-kupu biru. Setelah menyusuri hutan dan kebun bunga, mereka sampai di SKK. SKK berubah. Tidak ada Sekolah untuk Kebaikan atau Kejahatan. Sekarang berubah menjadi Sekolah Perempuan dan Sekolah Laki-laki. Para Pangeran didepak dari Sekolah Kebaikan. Mereka sangat marah dan mengancam akan menuntut balas dan membunuh Sophie dan Agatha. Sekolah pun dipimpin oleh Evelyn Sader, saudara Profesor Sader.

Agatha berusaha untuk membatalkan permohonan rahasianya itu. Dia berusaha untuk menemui Tedros untuk menutup permohonannya dan kembali ke Gavaldon. Agatha hanpir mati diserang para mantan pangeran tersebut. Demi Sophie dan demi pulang ke Gavaldon, ia tetap berusaha. Tiga penyihir sahabatnya, Hester, Anadil, dan Dot membantunya. Di tengah perjuangannya, ia tak sengaja melihat Sophie menunjukkan tanda-tanda penyihirnya. Agatha mulai meragukan Sophie. Di menara Laki-laki, para pangeran itu merencanakan untuk menggulingkan perempuan dan membatalkan kehendak para perempuan untuk menjadikan mereka budak.

Itu dia summary dari buku ini. Buku ini dominan oleh ceriata Agatha berusaha menyelamatkan mereka berdua dan kembali pulang ke Gavaldon. Secara plot, buku ini benar-benar penuh kejutan. Minim plot hole. Satu bab ke bab lainnya saling berkaitan. Buku ini penuh dengan suasana petualangan. Kita tidak bisa menebak apa yang akan terjadi di halaman selanjutnya. Susah berhenti baca. Alurnya juga halus, tidak dipaksakan. Karena buku ini masih ada sekuelnya, jelas di akhir, ceritanya menggantung. 


"Baik dengan Baik, Jahat dengan Jahat....

Permohonan keduanya terwujud" 

Tokoh favorit pastinya Agatha. Agatha itu benar-benar setia kawan. Walaupun agak kecewa dengan sikapnya memohon mendapatkan pangeran yang berujung Sophie hampir terbunuh. Walaupun begitu, Agatha masih berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. Agatha bertanggung jawab atas permohonan rahasianya.

Adegan favorit mungkin saat Tedros, Agatha, dan Sophie --sedang bersembunyi-- tengah berseteru di menara Sang Guru. Mereka memperebutkan Storian. Ketika mereka melunak, ketika mereka akan memenuhi takdir cinta senjati mereka, seberkas sinar merah muda menyerang dan memecah mereka. Agatha berpikir Tedros menyerangnya, padahal Agatha datang dengan damai. Tedros pikir Agatha menyerangnya, karena tidak ingin menyerahkan Storian.

So, buku ini benar-benar penuh kejutan. Banyak misteri-misteri tertulis di setiap halaman buku ini dan sayangnya belum dijawab sampai akhir buku. Mungkin beberapa kejaidan misterius sudah dijelaskan di penghujung buku, namun beberapa masih disiapkan mungkin untuk sekuel terakhirnya. Aku ga kecewa sama buku ini. Melampaui ekspektasi.Ga sabar baca terjemahan buku ketiganya! The School For Good and Evil #3 : The Last Ever After. Udah terbit dari 2015, cuma belum ditranslate. Kabarnya, penulis juga merilis The Ever Never Handbook. Buku panduan untuk bersekolah di SKK.

I'll give this book 4.5/5. I really like this book. Buat kalian yang suka dengan cerita Pangeran-Putri klasik namun kalian tetaplah remaja yang suka cerita petualangan, kalian harus baca!! :)

Goodbye,
lovelots
xoxo

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik