/>

Wednesday, June 29, 2016

Review : Writer vs Editor - Ria N. Badaria



Judul : Writer vs Editor
Penulis : Ria N. Badaria
Genre : Romance, Metropop
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Bahasa : Indonesia
Tebal : 312 hlm
Cover : softcover
Terbit : Cetakan kedua, November 2015
ISBN : 978-602-032-297-1
Harga : Rp. 60.000,-

Sinopsis : 

Hidup terkadang tidak sesuai dengan apa yang direncanakan... Kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan Nuna R. Mirja, bekerja sebagai pegawai swalayan padahal bercita-cita menjadi penulis. Nuna menyebutnya sebagai “pelencengan rencana hidup”. Berkali-kali menerima penolakan dari berbagai penerbit atas naskahnya sudah cukup menjadi alasan Nuna untuk melupakan cita-citanya. Hingga ia menerima surat dari salah satu penerbit yang menyatakan naskahnya layak untuk diterbitkan. Sepucuk surat yang membuat Nuna berpikir hidupnya akan mulai berjalan sesuai rencana. Sayangnya dia salah. Ini justru awal dari berbagai pelencengan rencana hidup lainnya. Mulai dari mendapat editor yang sangat menyebalkan untuk naskahnya. Bertemu kembali dengan cinta pertamanya, sosok sempurna yang selalu membuatnya patah hati, setiap kali ia menyadari perasaannya takkan pernah tersampaikan. Hingga kehilangan orang yang begitu penting dalam hidupnya, yang mengharuskannya berusaha lebih keras di antara dilema cinta yang datang tak terduga.

Resensi :
Holaaa, back with review! Kali ini mau meresensi sebuah buku yang aku dapatkan karena adanya promo beli 4 bayar 3 di tobuk Grame*dia. Btw, langsung ke resensinya nih.

Buku ini menceritakan seorang penulis yang berusaha agar bukunya diterbitkan. Namun, nasib penerbitan bukunya menggantung. Jadilah ia bekerja sebagai pegawai toko swlayan waralaba. Nampaknya ia harus menunda dahulu cita-citanya menjadi penulis seperti J.K. Rowling. Suatu hari, sepucuk surat mengubah segalanya.

Rengga, laki-laki yang berambisi menjadi seorang jurnalis. Bukannya sembarangan lulusan, nilainya pun tidak jelek dan alumni salah satu kampus terkenal. Sepandai-pandainya mengatur rencana, pasti Tuhan mempunyai jalan-Nya sendiri. Berpuluh-puluh CV ia kirimkan ke berbagai perusahaan jurnalistik namun tak ada satupun yang merespon. Hingga akhirnya, ia melamar sebagai editor redaksi fiksi di sebuah penerbit buku bernama GlobalBooks.

Rengga dan Nuna dipertemukan dalam sebuah naskah yang hendak naik centak. Rengga kesal Nuna sulit dihubungi, juga Nuna yang kesal akan sikap Rengga yang terkesan semena-mena padanya. Ponsel adalah kunci komunikasi Rengga dan Nuna, namun Nuna menolak memilikinya. Teman-temannya pun menganjurkan (sedikit memaksa) Nuna untuk memeli ponsel. Walaupun ponsel di tangan, proses komunikasi mereka tetap tidak berjalan mulus. Rengga bagaikan jatuh tertimpa tangga. Uangnya habis oleh Marsya, pacarnya yang sangat matre dan juga Nuna yang menurutnya tidak bisa profesional. 

Di kantor, Rengga memiliki atasan baru bernama Arfat. Tanoa disangka, Arfat meminta Rengga untuk mempertemukannya dengan Nuna. Rengga yang keheranan pun tetap menghubungi Nuna untuk memintanya datanf ke kantor GlobalBooks. Rengga yang awalnya tidak menyukai Nuna, mulai sedikit melunak pada Nuna. Akan tetapi, Rengga tetap menolah bahwa ia jatuh cinta pada Nuna.

Anyway, buku ini masih tipe buku dengan plot benci jadi cinta. Walaupun begitu, buku ini masih bisa dinikmati. Aku tidak terlalu berharap banyak, so aku ga kecewa kecewa banget. Kelebihan dari buku ini ialah ceritanya ga gantung banget, plotnya halus, mengalir dan natural, juga karakternya jelas dan sang penulis tahu karakter ini akan dibawa kemana dan seperti apa. Konflik yang dipakai juga seperti konflik sehari-hari, cek cok kecil dengan atasan kita. Walaupun begitu, kta tahu bahwa mereka akan baik-baik saja pada akhirnya. Kekuranagnnya mungkin lebih ke tipe cerita yang mainstream, benci jadi cinta dan diperebutkan dua orang idaman. Juga, aku melihat ada beberapa kata yang salah ketik. But, aku dan teman-temanku masih menikmati buku  ini sebagai bacaan ringan yang dibaca saat santai atau membaca buku ini sambil chit-chat dengan teman-teman.

Tokok favorit dari buku ini adalah Radit, sahabat Rangga. Walaupun terkesan provokator, sebenarnya ia orang yang friendly dan humoris. Lucu sekali melihat tingkah Radit yang selalu menggoda Rengga. Sisi lainnya juga ia sangat sayang pada istrinya, bahkan rela pulang cepat hanya karena istrinya yang memang sedang haml itu mulas. Ternyata, istrinya mulas karena salah makan :(

Adegan favorit mungkin ketika Radit berkata pada Rengga bahwa Arfat adalah saingan yang berat untuk mendapatkan Nuna. Alih-alih memberitahu strategi mendapatkan Nuna, Radit malah membeberkan kelebihan Arfat depan Rengga yang mungkin membuat Rengga berpikir "Lo temen gue bukan sih?". Kita bisa melihat bahwa persahabatan Radit dan Rengga memang sudah terjalin sangat kuat.

I'll give this book 3.7/10. Buku yang cukup bisa dinikmati tanpa  eskpektas terlalu tinggi. Mungkin bisa jadi sedikit informasi buat kalian yang mau cetak tulisan-tulisan kalian.

Goodbye,
lovelots
xoxo

No comments:

Post a Comment

 

Template by BloggerCandy.com | Header Image by Freepik